Aeronautical Decision Making (ADM) adalah proses membuat keputusan penerbangan yang terukur dan bertanggung jawab yang mengacu pada prinsip-prinsip manajemen risiko yang diterapkan dalam industri penerbangan. Aeronautical Decision Making merupakan proses mengidentifikasi, menganalisis dan mengambil tindakan untuk mengatasi masalah penerbangan yang dapat mengancam keselamatan penerbangan. Proses ini dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti kondisi cuaca, kondisi mesin, performa pesawat, kondisi navigasi, dan regulasi penerbangan yang berlaku.
Prinsip-prinsip Aeronautical Decision Making memastikan bahwa para pilot, pemilik pesawat, dan pembuat kebijakan dalam industri penerbangan memahami pentingnya membuat keputusan yang tepat dan bertanggung jawab untuk memastikan keselamatan penerbangan. Prinsip-prinsip Aeronautical Decision Making termasuk mempertimbangkan tingkat risiko yang diterima, menentukan alternatif yang mem
iliki tingkat risiko yang diterima yang sesuai, dan membuat keputusan yang didasarkan pada informasi dan analisis yang tersedia.
Proses Aeronautical Decision Making melibatkan tiga tahap utama: identifikasi masalah, analisis risiko, dan tindakan. Dalam tahap identifikasi masalah, para penerbang mengidentifikasi situasi atau kondisi yang memiliki potensi membahayakan keselamatan penerbangan. Dalam tahap analisis risiko, para penerbang menilai tingkat risiko yang terkait dengan situasi atau kondisi tersebut dan mempertimbangkan alternatif yang tersedia. Dalam tahap tindakan, para penerbang membuat keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mengatasi situasi atau kondisi tersebut, dengan mempertimbangkan alternatif yang dipilih dan tingkat risiko yang diterima.
Aeronautical Decision Making sangat penting untuk memastikan keselamatan penerbangan dan meminimalkan risiko kecelakaan. Ini membantu para penerbang membuat keputusan yang terukur dan bertanggung jawab selama situasi darurat atau kondisi sulit. Oleh karena itu, para penerbang harus memahami dan mempraktikkan prinsip-prinsip Aeronautical Decision Making dalam setiap penerbangan mereka.
Aeronautical Decision Making juga menjadi bagian penting dari pendidikan dan pelatihan para penerbang, sehingga mereka dapat memahami bagaimana membuat keputusan yang tepat dan bertanggung jawab dalam situasi darurat. Penerbang harus memahami bagaimana membuat keputusan cepat dan tepat dalam situasi yang membahayakan, dan harus memiliki keterampilan dan kemampuan untuk mengatasi masalah penerbangan dengan cara yang efektif dan efisien.
Bergabung dengan komunitas remote pilot di https://remotepilot.id
Secara keseluruhan, Aeronautical Decision Making adalah proses yang penting bagi para penerbang untuk memastikan keselamatan penerbangan dan meminimalkan risiko kecelakaan. Dengan memahami dan mempraktikkan prinsip-prinsip Aeronautical Decision Making, para penerbang dapat membuat keputusan yang terukur dan bertanggung jawab selama penerbangan mereka, dan memastikan bahwa setiap penerbangan dilakukan dengan cara yang aman dan bertanggung jawab.
Faktor Resiko dan Asessment Resiko dalam Aeronautical Decesion Making
Dalam Aeronautical Decision Making, faktor resiko adalah setiap kondisi atau situasi yang dapat mempengaruhi keamanan dan kestabilan penerbangan. Faktor resiko dapat berasal dari berbagai sumber, seperti cuaca buruk, kondisi mesin, dan masalah dengan navigasi. Faktor resiko dapat mempengaruhi kinerja remote pilot dan membahayakan penerbangan. – Aeronautical Decision Making.
Risk assessment adalah proses yang digunakan untuk mengevaluasi dan menilai tingkat risiko yang terkait dengan suatu situasi atau kondisi tertentu. Dalam Dalam Aeronautical Decision Making, risk assessment membantu para penerbang menentukan tingkat risiko dan membuat keputusan yang tepat dan bijak selama penerbangan. Risk assessment melibatkan identifikasi dan evaluasi faktor resiko, membuat perkiraan tentang tingkat risiko, dan memilih tindakan yang tepat untuk mengatasi risiko.
Risk assessment membantu para penerbang memastikan bahwa mereka membuat keputusan yang aman dan bijak, meminimalkan risiko, dan memastikan bahwa penerbangan dilakukan dengan sukses. Risk assessment juga membantu para penerbang memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan dan kestabilan penerbangan, memastikan bahwa mereka memiliki informasi yang tepat dan akurat, dan memastikan bahwa mereka memiliki alat dan informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan yang bijak selama penerbangan.
Contoh Faktor Resiko
Berikut adalah beberapa contoh faktor resiko dalam penerbangan:
- Cuaca buruk: Faktor cuaca seperti badai, hujan lebat, dan turbulensi dapat mempengaruhi kinerja pesawat dan membahayakan penerbangan.
- Kondisi mesin: Kerusakan mesin atau masalah teknis dapat mempengaruhi kinerja pesawat dan membahayakan penerbangan.
- Navigasi: Masalah dengan navigasi seperti kesalahan pengaturan jarak dan kecepatan, atau masalah dengan peralatan navigasi dapat mempengaruhi kinerja pesawat dan membahayakan penerbangan.
- Fatigue: Kelelahan yang dialami oleh pilot atau kru penerbangan dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk membuat keputusan yang tepat dan bijak selama penerbangan.
- Distraction: Distraksi seperti ponsel, peralatan elektronik, atau hal-hal lain yang mempengaruhi konsentrasi pilot dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk membuat keputusan yang tepat dan bijak selama penerbangan.
- Konflik personal: Konflik personal antara pilot atau kru penerbangan dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk bekerja sama dan membuat keputusan yang tepat dan bijak selama penerbangan.
- Kondisi mental dan emosional: Kondisi mental dan emosional seperti depresi, stres, atau tekanan dapat mempengaruhi kemampuan pilot atau kru penerbangan untuk membuat keputusan yang tepat dan bijak selama penerbangan.
- Kemampuan penerbangan: Kemampuan penerbangan seperti keterampilan dan pengalaman dapat mempengaruhi kemampuan pilot untuk membuat keputusan yang tepat dan bijak selama penerbangan.
Ini hanya beberapa contoh faktor resiko dalam penerbangan, dan faktor resiko yang sebenarnya dapat sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kondisi cuaca, lingkungan penerbangan, dan kondisi teknis. Oleh karena itu, penting untuk melakukan risk assessment secara teratur dan memastikan bahwa para penerbang memiliki informasi dan alat yang diperlukan untuk membuat keputusan yang bijak dan aman selama penerbangan.
Poor Judgement Chain dalam Aeronautical Decision Making (ADM)
Poor Judgment Chain (PJC) adalah konsep penting dalam dunia penerbangan drone, terutama pada bidang ilmu Aeronautical Decision Making. PJC mengacu pada urutan peristiwa yang mengarah pada keputusan buruk dan serangkaian tindakan yang mengarah pada hasil yang tidak diinginkan. Dalam dunia penerbangan drone, PJC dapat mengarah pada kecelakaan atau insiden drone yang membahayakan orang, properti, atau lingkungan.
PJC dapat terjadi akibat banyak faktor, termasuk kurangnya pemahaman tentang regulasi penerbangan drone, kurangnya keterampilan penerbangan, dan kurangnya pemahaman tentang lingkungan dan situasi penerbangan. Meskipun banyak faktor yang dapat memicu PJC, ada beberapa tahapan umum yang sering ditemukan dalam urutan peristiwa yang mengarah pada keputusan buruk.
Tahap pertama adalah kurangnya kesadaran situasi. Penerbang drone tidak selalu memahami situasi saat ini, termasuk kondisi cuaca, kondisi lingkungan, dan kondisi pesawat. Hal ini mengarah pada keputusan buruk dan tindakan yang tidak tepat.
Tahap kedua adalah kurangnya pemahaman tentang regulasi penerbangan drone. Banyak penerbang drone tidak memahami regulasi penerbangan drone yang berlaku, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang salah dan melanggar regulasi.
Tahap ketiga adalah kurangnya keterampilan penerbangan. Banyak penerbang drone tidak memiliki keterampilan penerbangan yang memadai, sehingga mereka dapat membuat keputusan buruk dan melakukan tindakan yang tidak tepat selama penerbangan.
Tahap keempat adalah tekanan. Tekanan dapat berasal dari banyak sumber, seperti waktu, keterbatasan anggaran, atau tekanan dari pemilik drone. Tekanan ini dapat mempengaruhi keputusan dan tindakan penerbang drone.
Setelah mengidentifikasi tahapan-tahapan ini, penting bagi para penerbang drone untuk memahami bagaimana meminimalisir risiko dan memastikan keselamatan penerbangan. Beberapa cara untuk meminimalisir risiko meliputi memastikan bahwa para penerbang memiliki keterampilan penerbangan yang memadai, memastikan bahwa para penerbang memahami regulasi penerbangan drone yang berlaku, dan memastikan bahwa para penerbang memahami situasi dan lingkungan penerbangan.
Untuk memastikan keterampilan penerbangan yang memadai, para penerbang drone harus mengikuti pelatihan dan program penerbangan yang tersedia. Pelatihan ini dapat membantu para penerbang memahami keterampilan penerbangan dan regulasi penerbangan drone yang berlaku. Selain itu, para penerbang juga harus memahami bagaimana mengatasi tekanan dan menjaga fokus selama penerbangan.
Untuk memastikan bahwa para penerbang memahami regulasi penerbangan drone, mereka harus membaca dan memahami regulasi penerbangan drone yang berlaku, serta memastikan bahwa mereka memenuhi semua persyaratan yang berlaku. Ini juga penting untuk memastikan bahwa para penerbang memahami bagaimana memperlakukan drone secara aman dan meminimalisir risiko keamanan.
Untuk memastikan bahwa para penerbang memahami situasi dan lingkungan penerbangan, mereka harus memastikan bahwa mereka memiliki informasi cuaca yang akurat, memahami tata letak wilayah, dan memahami bagaimana situasi dan lingkungan dapat mempengaruhi penerbangan. Selain itu, para penerbang juga harus memahami bagaimana mengatasi kondisi cuaca dan situasi penerbangan yang buruk, seperti hujan, angin kencang, dan tinggi dinding.
Kesimpulannya, Poor Judgment Chain (PJC) adalah konsep penting dalam dunia penerbangan drone. PJC dapat terjadi akibat banyak faktor, termasuk kurangnya pemahaman tentang regulasi penerbangan drone, kurangnya keterampilan penerbangan, dan kurangnya pemahaman tentang lingkungan dan situasi penerbangan. Oleh karena itu, penting bagi para penerbang drone untuk memahami tahapan-tahapan yang mengarah pada PJC dan meminimalisir risiko dan memastikan keselamatan penerbangan dengan cara memastikan keterampilan penerbangan yang memadai, memahami regulasi penerbangan drone yang berlaku, dan memahami situasi dan lingkungan penerbangan saat ini.
Contoh Kasus Poor Judgment Chain.
Contoh kasus Poor Judgment Chain dalam penerbangan drone adalah sebagai berikut:
- Penerbang Drone Mengabaikan Regulasi Penerbangan: Dalam kasus ini, penerbang drone mungkin tidak memahami atau mengabaikan regulasi penerbangan drone yang berlaku, seperti batasan-batasan terbang atau koridor penerbangan yang ditetapkan. Hal ini dapat mengarah pada situasi yang tidak aman dan menyebabkan tabrakan dengan pesawat terbang atau bahkan kerusakan properti.
- Kurangnya Keterampilan Penerbangan: Dalam kasus ini, penerbang drone mungkin tidak memiliki keterampilan penerbangan yang memadai, seperti kurangnya pengalaman terbang atau tidak memahami bagaimana mengatasi situasi penerbangan yang sulit. Hal ini dapat mengarah pada situasi penerbangan yang tidak aman dan menyebabkan kecelakaan.
- Kurangnya Informasi Cuaca: Dalam kasus ini, penerbang drone mungkin tidak memiliki informasi cuaca yang akurat sebelum melakukan penerbangan. Hal ini dapat mengarah pada situasi penerbangan yang tidak aman, seperti angin kencang atau hujan yang dapat mempengaruhi stabilitas drone.
- Terlalu Percaya Diri: Dalam kasus ini, penerbang drone mungkin terlalu percaya diri dan tidak memahami bagaimana situasi dan lingkungan dapat mempengaruhi penerbangan. Hal ini dapat mengarah pada situasi penerbangan yang tidak aman dan menyebabkan kecelakaan.
Kesimpulannya, ini adalah beberapa contoh kasus PJC dalam penerbangan drone. Ini menunjukkan bagaimana berbagai faktor, seperti kurangnya pemahaman regulasi penerbangan, kurangnya keterampilan penerbangan, kurangnya informasi cuaca, dan percaya diri yang berlebihan, dapat mengarah pada situasi penerbangan yang tidak aman dan menyebabkan kecelakaan. Oleh karena itu, penting bagi para penerbang drone untuk memastikan keselamatan penerbangan dengan cara memahami regulasi penerbangan drone yang berlaku, memastikan keterampilan penerbangan yang memadai, dan memahami situasi dan lingkungan penerbangan saat ini.
DESIDE Model untuk memutus rantai kesalahan dalam PJC
DECIDE (Detect, Estimate, Choose, Identify, Do, Evaluate) adalah model pengambilan keputusan yang sering digunakan dalam bidang penerbangan untuk memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan dengan benar dan dalam kondisi yang aman.
Berikut adalah cara model DECIDE membantu meminimalisir PJC dalam dunia penerbangan drone:
- Detect: Langkah pertama adalah mendeteksi situasi dan lingkungan penerbangan saat ini. Ini dapat meliputi pemantauan cuaca, lingkungan penerbangan, dan situasi operasi.
- Estimate: Langkah kedua adalah menaksir situasi dan lingkungan penerbangan saat ini. Ini dapat meliputi evaluasi kondisi cuaca, lingkungan penerbangan, dan situasi operasi.
- Choose: Langkah ketiga adalah memilih tindakan yang tepat dan sesuai dengan situasi dan lingkungan penerbangan saat ini. Ini dapat meliputi pemilihan rute penerbangan, altitud penerbangan, dan kecepatan penerbangan.
- Identify: Langkah keempat adalah mengidentifikasi hasil dari tindakan yang diambil. Ini dapat meliputi pemantauan hasil penerbangan dan evaluasi situasi dan lingkungan penerbangan saat ini.
- Do: Langkah kelima adalah melakukan tindakan yang telah dipilih. Ini dapat meliputi penerapan rute penerbangan, altitud penerbangan, dan kecepatan penerbangan.
- Evaluate: Langkah terakhir adalah mengevaluasi hasil dari tindakan yang diambil. Ini dapat meliputi evaluasi kinerja penerbangan dan identifikasi potensi masalah atau hal-hal yang perlu diperbaiki.
Dengan mengikuti model DECIDE, para penerbang drone dapat memastikan bahwa penerbangan dilakukan dengan benar dan dalam kondisi yang aman. Model ini membantu meminimalisir PJC dengan memastikan bahwa para penerbang drone melakukan pengambilan keputusan yang tepat dan bijak, dan memastikan bahwa penerbangan dilakukan dalam situasi yang aman.
Mengenal Hazardous Attitude dalam Aeronautical Decesion Making
Hazardous Attitude adalah sikap dan pandangan yang merugikan dan membahayakan dalam bidang penerbangan. Hazardous Attitude sering menjadi sumber masalah dan PJC karena mempengaruhi pengambilan keputusan yang buruk dan tidak bijak dalam situasi penerbangan.
Berikut adalah beberapa sikap dan pandangan Hazardous Attitude yang sering muncul dalam bidang penerbangan, termasuk penerbangan drone:
- “Anti-Authority”: Sikap yang memandang bahwa aturan dan regulasi penerbangan tidak penting dan tidak perlu diikuti.
- “Impulsiveness”: Sikap yang memandang bahwa tindakan harus diambil dengan cepat dan tanpa pertimbangan yang matang.
- “Invulnerability”: Sikap yang memandang bahwa penerbang tidak mungkin mengalami masalah atau kecelakaan.
- “Macho”: Sikap yang memandang bahwa penerbang harus menunjukkan kemampuan dan keberanian dengan melakukan tindakan berisiko.
- “Resignation”: Sikap yang memandang bahwa masalah atau kecelakaan penerbangan adalah hal yang tidak dapat dicegah.
Mengenali dan menghindari sikap dan pandangan Hazardous Attitude sangat penting dalam bidang penerbangan, termasuk penerbangan drone, karena dapat mempengaruhi pengambilan keputusan yang buruk dan membahayakan. Para penerbang drone harus selalu mempertimbangkan situasi dan lingkungan penerbangan saat ini, dan melakukan pengambilan keputusan yang tepat dan bijak. Model DECIDE bisa membantu para penerbang drone menghindari Hazardous Attitude dan memastikan bahwa penerbangan dilakukan dengan benar dan dalam kondisi yang aman.
Gunakan I’M SAFE Checklist
I’M SAFE adalah singkatan dari (Illness, Medication, Stress, Alcohol, Fatigue, Emotion) dan merupakan sebuah checklist yang digunakan untuk memastikan bahwa para penerbang, termasuk penerbang drone, dalam kondisi mental dan fisik yang memadai sebelum melakukan penerbangan. I’M SAFE Checklist membantu para penerbang menilai dan mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dan membahayakan penerbangan.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperiksa sebelum melakukan penerbangan menggunakan I’M SAFE Checklist:
- Illness: Apakah penerbang sedang mengalami sakit, gejala atau kondisi medis yang dapat mempengaruhi kinerja penerbangan?
- Medication: Apakah penerbang sedang mengonsumsi obat-obatan atau suplemen yang dapat mempengaruhi kinerja penerbangan?
- Stress: Apakah penerbang sedang mengalami tekanan atau stres yang dapat mempengaruhi kinerja penerbangan?
- Alcohol: Apakah penerbang baru saja mengonsumsi alkohol atau sedang mengalami efek alkohol yang dapat mempengaruhi kinerja penerbangan?
- Fatigue: Apakah penerbang merasa lelah atau kurang tidur yang dapat mempengaruhi kinerja penerbangan?
- Emotion: Apakah penerbang sedang mengalami emosi atau perasaan yang tidak stabil yang dapat mempengaruhi kinerja penerbangan?
Menggunakan I’M SAFE Checklist sebelum melakukan penerbangan adalah hal penting untuk memastikan bahwa para penerbang, termasuk penerbang drone, dalam kondisi mental dan fisik yang memadai. Ini juga membantu meminimalkan risiko PJC dan memastikan bahwa penerbangan dilakukan dengan aman dan bijak.
Kesimpulan tentang Aeronautical Decesion Making
Aeronautical Decision Making (ADM) adalah proses berfikir yang digunakan oleh para penerbang, termasuk penerbang drone, untuk membuat keputusan yang aman dan bijak selama penerbangan. Aeronautical Decision Making melibatkan identifikasi masalah dan risiko, evaluasi alternatif tindakan, dan pembuatan keputusan yang didasarkan pada analisis dan evaluasi yang sistematis.
Poor Judgment Chain (PJC) adalah rangkaian faktor yang dapat mempengaruhi keputusan yang diambil oleh penerbang, seperti tekanan, lelah, dan kondisi medis. PJC dapat menyebabkan para penerbang membuat keputusan yang tidak tepat dan membahayakan penerbangan.
Hazardous Attitude adalah pandangan dan sikap mental yang membahayakan, seperti tidak peduli terhadap risiko, merasa tak terbatas, dan menganggap diri sendiri tidak terpengaruh oleh faktor-faktor yang mempengaruhi penerbangan. Hazardous Attitude dapat menyebabkan para penerbang membuat keputusan yang tidak tepat dan membahayakan penerbangan.
DESIDE Model adalah model proses berfikir yang membantu para penerbang membuat keputusan yang aman dan bijak selama penerbangan. DESIDE melibatkan (Detect, Estimate, Choose, Identify, Do, Evaluate), yaitu mengidentifikasi masalah dan risiko, mengevaluasi alternatif tindakan, memilih solusi terbaik, dan memastikan tindakan diambil dan dievaluasi.
I’M SAFE Checklist adalah sebuah alat yang digunakan untuk memastikan bahwa para penerbang, termasuk penerbang drone, dalam kondisi mental dan fisik yang memadai sebelum melakukan penerbangan. I’M SAFE Checklist membantu para penerbang menilai dan mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dan membahayakan penerbangan.
Kesimpulannya, Aeronautical Decision Making (ADM), PJC, Hazardous Attitude, DESIDE Model, dan I’M SAFE Checklist adalah alat penting yang membantu para penerbang, termasuk penerbang drone, membuat keputusan yang aman dan bijak selama penerbangan. Menerapkan konsep ini dapat membantu meminimalkan risiko dan memastikan bahwa penerbangan dilakukan dengan aman dan bijak.